Pages - Menu

Saturday 9 June 2012

Mereka Yang Berjasa Bagi Yogyakarta



Seperti yang telah kita ketahui bersama kota kita tercinta ini, Yogyakarta mendapatkan kembali predikat sebagai kota terbersih se-indonesia bersama Kota Malang, Manado, dan Balikpapan. Semua prestasi ini tentu berkat kerja sama yang solid dan sudah menjadi budaya di Jogja antar unsur pemerintah dengan kawula alit alias rakyat kecil. Namun dibalik semua ini pasti ada beberapa orang-orang yang memiliki andil besar dalam prestasi ini. Bagi anda yang ingin mengetahuinya lebih dalam, inilah kisah mereka....
 Marto, pria asal Bantul ini menarik nafas kuat-kuat, menghirup rokok kreteknya dalam-dalam. Beberapa detik kemudian dirinya kembali menyapu jalanan di jalan yang menjadi pusat kota Yogyakarta, Malioboro. Ya, Maryono hanyalah satu dari puluhan orang yang dipekerjakan BLH Kota Yogyakarta sebagai petugas penyapu jalan di Malioboro. Menyapu jalanan yang sangat panjang dengan tingkat mobilitas yang sangat tinggi sudah jadi barang tentu bukan pekerjaan yang mudah. Sampah, ya sampah adalah musuh Marto. Dengan santai dirinya menyapu trotoar Malioboro, membersihkan satu per satu sampah yang ia temui. Namun pekerjaan berat seperti itu tidaklah lantas membuatnya jenuh. Pekerjaan menyapu sampah ini malah dikerjakan dengan hati yang ikhlas olehnya. Awesome...

Bila dirinya telah merasa lelah,  pria setengah baya berkulit coklat ini akan bersandar sejenak di pot taman, rehat beberapa menit. Setelah itu dirinya akan bangkit kembali, mengumpulkan segenap tenaga yang ia punya untuk kembali melakukan pekerjaannya.

Saat ditanya mengenai Adipura yang diperoleh Kota Yogya dirinya mengaku bersyukur karena kerja keras dirinya dan kawan-kawan se-jawatannya berbuah manis. Ya, kerja keras. Kata kerja keras di sini bukan mengandung arti kiasan melainkan arti harfiah. Lets imagine, menyapu jalan sepanjang hampir 3 km dengan tingkat mobilitas yang sangat tinggi terutama pada hari libur 6 kali dalam sehari. Betul-betul kerja keras bukan?

Saat ditanya mengapa dirinya memilih profesi ini, Marto dengan santai menjawab,
'Sebenarnya pekerjaan ini bukan pilihan saya, mas. Tapi yo mau gimana lagi, Dapur harus terus mengebul je,mas.' 
Kemudian dirinya menimpali lagi,
'Tapi saya sekarang sudah kerasan dengan profesi ini. Toh juga dengan pekerjaan ini saya masih bisa menghidupi istri dan anak saya.'

Kata-kata terakhir inilah yang sangat membekas di benak saya, nrimo ing pandum atau menerima semua yang diberikan dengan lapang dada sangat terpancar dari ucapan diatas. Hmmm, ternyata betul apa yang diucapkan seorang teman, PELAJARAN BERHARGA DAPAT DATANG DARI MANA SAJA. Kata itu dibuktikan dengan dengan pengalaman saya ini dimana saya mendapat pelajaran berharga tentang hidup ini dari seorang pria setengah baya yang berprofesi sebagai petugas kebersihan. Makna yang dapat saya pelajari pengalaman ini ialah bagaimana kita harus menjalani pekerjaan kita dengan totalitas dan sepenuh hati serta menerima apapun yang diberikan-Nya dengan hati yang lapang. Nrimo Ing Pandum, Makarti Ing Nyoto.

Semoga tulisan ini berguna bagi para pembaca. Saya mengajak anda semua untuk menghargai apa yang dikerjakan oleh orang lain walau orang tersebut hanyalah berprofesi sebagai petugas kebersihan. Bantulah tugas mereka hanya dengan membuang sampah pada tempatnya. Itu saja, simple bukan ? Dengan begitu anda dapaat mewujudkan kota jogja yang lebih indah dan tentunya istimewa. Sekian dari saya, bila ada kesalahan saya mohon maaf. Semoga Jogja Tetap Istimewa.




NOTE : Gambar diatas bukan milik penulis. Diambil dari tribunnews.com

Baca Juga Ini

No comments:

Post a Comment